Ternyata Lebih Sering Jalan Kaki Bisa Mengurangi Rawat Inap Di Rumah Sakit

Mengapa dikatakan demikian? Sebuah penelitian menjelaskan bahwasanya jalan kaki selama 40 menit paling tidak setiap hari ternyata dapat mengurangi jumlah rawat inap selama di rumah sakit. Hal itu berdasarkan penelitian terhadap beberapa warga Australia yang usianya di atas 55 tahun guna menurunkan risiko terkena kanker. Merekalah para peneliti dari Pusat Epidemologi Klinis dan Biostatistik di Universitas Newcastle.

Beberapa penelitian seperti berikut, para peneliti Pusat Epidemologi Klinis tersebut menemukan orang yang jalan kaki dari 4.500 hingga 8.800 setiap harinya, rata-rata menghabiskan satu hari lebih sedikit saja di rumah sakit. Berdasarkan jurnal medis Australia menerangkan bila melakukan 1.000 langkah setiap hari bisa mengurangi kuantitas rawat inap sebanyak 9%.

Seperti saja, pelatihan jalan kaki antara 30 menit-60 menit setiap 3-5 kali dalam seminggunya mampu meningkatkan kardiorespiratropi. Bagi lanjut usia yang jalan kaki maksimal 60 menit saja setiap pagi tidak lebih dari pukul 07.00 dapat mencegah osteoporosis bahkan menguranginya. Tidak dianjurkan lebih dari 1 jam. Otomatis ketika itu sedang berada di rumah sakit, selain dengan obat-obatan yang menyembuhkan jalan kaki juga mendukung pasien lekas sehat.

Malas berolahraga mendukung kesehatan badan terganggu, lebih-lebih saat berada di rumah sakit. Pasien seperti kehilangan ruang untuk bergerak padahal sebetulnya bisa. Pasien ketika setelah kondisinya stabil tidak harus berada di tempat tidur, lebih baik memang keluar untuk jalan-jalan sebentar.

Seperti kata Dr. Ewald, “Olahraga apapun lebih baik daripada tidak olahraga sama sekali. Dan, lebih banyak olahraga itu lebih baik.” Bahkan seorang nenek berumur 101 tahun bernama Man Kaur dinyatakan sebagai peraih Medali Emas Lomba Lari dengan kategori usia 100+. Ada juga nenek umur 92 tahun di AS menyelesaikan lomba lari maraton denga lintasan sejauh 42 kilometer.

Fakta demikian memperkuat olahraga yang dilakukan dengan latihan rutin dapat memperkuat masa hidup di usia tua. Para atlet tersebut dikatakan masih sangat lincah di usia senjanya. Maka, pasien yang sedang dalam masa penyempurnaan penyembuhannya dapat melakukan hal serupa.

Untuk meneruskan penelitiannya, selama dua tahun Dr. Ewald dan tim penelitiannya mengambil sampel dengan merekrut orang sejumlah 2.100 warga Newcastle usia di atas 55 tahun yang dicatat dengan baik langkah sampel selama seminggu. Namun, mereka mengecualikan kunjungan ke rumah sakit dua tahun pertama untuk memastikan rawat inap tidak ada kaitannya dengan kesehatan.

Mereka juga menggunakan penyesuaian statistik variabel gaya hidup dari tingkat pendidikan, jenis kelamin, jumlah obat, status merokok, dan pengonsumsian alkohol, jumlah komorbiditas. Sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan orang yang lebih aktif jalan kaki, yang jalan kaki esktra sebanyak 4.300 langkah atau kurang lebih 3 kilo per hari hanya memerlukan 1/3 hari lebih sedikit rawat inap di rumah sakit untuk melakukan tindakan selanjutnya. Penelitian ini juga berlaku bagi penderita kanker dan diabetes.

Kesimpulannya sudah jelas, sehingga pertanyaannya kemudian bagaimana caranya meningkatkan kuantitas jalan kaki setiap harinya?

Menurut Dr. Ewald, dalam setiap harinya rata-rata orang mampu berjalan kaki hingga mencapai 6.000 langkah. Tambahan lain, sepertinya itu berlaku untuk wilayah dan negara yang membudayakan hidup sehat dengan jalan kaki. Tidak bagi pekerja yang lebih banyak di ruangan dan pergi sering menggunakan kendaraan. Caranya ialah dengan melakukan jalan kaki apa saja, setiap waktu, tidak harus berjalan kaki dengan rute yang panjang. Bisa dengan langkah yang terputus-putus. Artinya sedikit-sedikit jalan kaki bukan dengan sekali dengan melakukan jalan kaki yang panjang dan melelahkan.

Seperti misalnya, tidak perlu menggunakan kendaraan, baik sepeda bahkan motor untuk pergi ke tempat yang dekat. Meski langkah kaki tidak sampai 10.000 langkah untuk mencapai hasil yang baik, tetapi jalan kaki seberapapun besarnya sangat besar manfaatnya untuk meningkatkan energi. Tetapi, jika kuantitasnya lebih memiliki banyak peluang ditingkatkan akan sangat baik melakukannya.

Sayangnya, budaya sehat dengan jalan kaki tidak dibudayakan di negara Indonesia. Berbeda dengan negara seperti Jepang, Korea, Cina, atau negara Eropa misalnya, yang membudayakan jalan kaki dengan adanya pengaturan lalu lintas antara pejalan kaki dan pengendara yang sangat baik. Pemandangannya di sini justru kemacetan di beberapa sudut kota besar.

Maka, seharusnya paling tidak budaya sehat dilakukan secara individu di rumah atau di sekitarnya. Seperti halnya peneliti tersebut merekomendasikan keadaan parkir yang terbatas, desain perkotaan yang baik, dan pembinaan kesehatan mengenai hal itu dapat meningkatkan aktifitas fisik masyarakat.